TIPS DAN TRIK AKM
Sekolah yang berorientasi proses mempunyai anggapan mutu lulusan tergantung mutu proses pembejaran yang didukung dengan mutu guru dan manajemen yang efektif dan efisien. Pun dalam menyikapi AKM, sekolah akan terbelah menjadi dua bagian. Ada sekolah yang berorientasi hasil dan sekolah yang berorientasi proses.
AKM sangat berbeda dengan UN. AKM bukan berdasarkan mata pelajaran atau penguasaan materi pelajaran/kurikulum seperti yang diterapkan dalam ujian nasional selama ini, melainkan melakukan pemetaan terhadap dua kompetensi minimum siswa, yakni dalam hal literasi dan numerasi. AKM digunakan untuk memetakan sekolah-sekolah dan daerah-daerah berdasarkan kompetensi minimal mencakup kemampuan literasi dan numerasi. Literasi dan numerasi bukan mata pelajaran bahasa atau matematika, melainkan kemampuan menggunakan konsep itu untuk menganalisis sebuah materi.
Adapun yang menarik pada AKM ini adalah secara bersamaan dilakukan survei karakter bagi siswa, survei kinerja bagi guru, dan kepala sekolah, sehingga saat AKM dilaksanakan tidak hanya siswa yang sibuk melainkan guru dan kepala sekolah dituntut untuk mencurahkan tenaga dan pikiran untuk mengisi instrumen survei kinerja, karena informasi dari guru dan kepala sekolah akan diagregasi menjadi sebuah laporan yang menentukan posisi suatu sekolah dengan sekolah lainnya.
Untuk menghadapi AKM ada tiga objek perhatian, yaitu siswa, guru, dan kepala sekolah, karena ketiga hal tersebut menjadi sasaran AKM. Untuk siswa fokus pada AKM yang meliputi kemampuan literasi, kemampuan numerasi, serta survei karakter. Untuk guru dan kepala sekolah meliputi survei kinerja.
Keberhasilan AKM untuk siswa bisa dilakukan dengan pertama sekolah melakukan pemetaan mutu guru karena kompetensi guru sangat mempengaruhi proses pembelajaran, khususnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Kedua sekolah memfasilitasi agar guru mengembangkan proses pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir tingkat seperti terjadinya transfer knowledge, problem solving, dan pembelajaran abad 21 seperti mengembangkan keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif. Hal ini diperlukan dalam upaya untuk melatih daya nalar siswa.
Ketiga sekolah memfasilitasi agar guru mampu menggunakan IT dan fasilitasi lainnya yang memungkinkan guru mampu mengakses segala informasi terkait dengan isu-isu aktual serta sumber bacaan di perpustakaan di luar sekolah. Hal ini dilakukan terkait dengan konten AKM terdiri dari teks infomasi dan teks sastra. Keempat guru hendaknya melakukan tranformasi proses belajar yang mampu mengoptimalkan gaya belajar dan delapan kecerdasan siswa sebagaimana kebijakan Kemendikbud dengan konsep merdeka belajarnya. Guru diberi peluang untuk melakukan inovasi dan kreativitas dalam mengelola PBM.
Kelima sekolah menfasilitasi pengembangan budaya literasi secara menyeluruh dalam artian tidak hanya mendorong terkait membaca dan menulis melainkan mengembangkan literasi finansial, sains, numerasi, digital budaya, dan kewarganegaraan. Hal ini penting mengingat kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks bisa menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.
Adapun untuk survei karakter upaya yang bisa dilakukan antara lain sekolah hendaknya merancang suatu program pembiasaan melalui pembiasaan spontan, pembiasaan terprogram maupun pembiasaan yang berupa projek, mengingat survei karakter terhadap siswa berfokus bagaimana penerapan profil pelajar pancasila dengan komponen seperti beriman, bertakwa, berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong serta berkebhinekaan global dalam kehidupan sehari hari.
Materi profil Pancasila bukan berupa pengetahuan yang harus dihapalkan namun dituntut sejauh mana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa di sekolah, di luar sekolah, maupun di rumah, sehingga siswa tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang produktif dan solutif.
Sedangkan untuk survei kinerja, sekolah hendaknya melakukan penataan manajemen sekolah melalui review KTSP dengan senantiasa memperhatikan bagaimana sekolah membangun kinerja sekolah dengan aspek-aspek yang menjadi sasaran pada survei kinerja satuan pendidikan seperti pertama membangun iklim belajar dan satuan pendidikan dengan fokus pada keamanan dan well being siswa, sikap dan keyakinan guru, praktik multi kultural di kelas, sikap dan keyakinan guru/kepsek, kebijakan dan program sekolah. Kedua mengidentifikasi indeks sosial ekonomi seperti pendidikan orang tua, profesi orang tua, fasilitas belajar di rumah. Ketiga mengembangkan kualitas pembelajaran seperti manajemen kelas, dukungan afektif, aktivasi kognitif, dan keempat pengembangan guru seperti melakukan refleksi dan perbaikan pembelajaran: Dukungan untuk refleksi guru.
Tidak kalah penting agar sekolah sukses AKM adalah senantiasa melakukan koordinasi dan konsultasi dengan pengawas pembina mengingat pengawas pembina mempunyai peranan penting dalam meningkatkan mutu lulusan siswa di satuan pendidikan, dengan perannya pengawas pembina melakukan pendampingan serta advis terhadap program yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Kolaborasi siswa, guru, kepala sekolah serta pengawas pembina diperlukan dalam menyongsong AKM, karena kita harus meyakini tidak ada keberhasilan tanpa adanya atmosfer kerja yang kolaboratif dan produktif …. Semoga ada cahaya terang…